Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky siap mengundurkan diri dari jabatannya jika itu dapat membawa perdamaian bagi Ukraina dan menjamin posisi negara tersebut di keanggotaan NATO.
Pernyataan ini disampaikannya dalam konferensi pers pada Minggu (23/2/2025), di tengah meningkatnya tekanan politik dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan situasi perang yang masih berkecamuk dengan Rusia.
"Jika itu berarti perdamaian untuk Ukraina, jika Anda benar-benar membutuhkan saya untuk mundur dari jabatan ini, saya siap," kata Zelensky, dilansir Reuters.
Lebih jauh, ia juga mengaitkan kemungkinan pengunduran dirinya dengan keanggotaan Ukraina di NATO, sebuah tujuan strategis yang selama ini diperjuangkan oleh Kyiv.
"Saya bisa menukar jabatan ini dengan keanggotaan NATO, jika itu syaratnya, maka segera," tambahnya.
Pernyataan ini muncul di tengah hubungan yang memburuk antara Zelensky dan Donald Trump, yang secara terbuka menyerangnya dengan menyebutnya sebagai seorang 'diktator' dan mendorong agar Ukraina segera mengadakan pemilu di tengah perang.
Trump, yang telah kembali ke Gedung Putih, menilai bahwa masa jabatan Zelensky telah berakhir pada 2024, merujuk pada aturan konstitusi Ukraina yang menyatakan bahwa pemilu presiden harus diadakan setiap lima tahun sekali.
Namun, berdasarkan hukum darurat yang diberlakukan sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, Ukraina tidak dapat menyelenggarakan pemilu selama status darurat perang masih berlaku.
Trump juga menyebarkan klaim keliru bahwa Zelensky hanya memiliki tingkat popularitas 4%, yang kemudian dibantah oleh Zelensky dengan mengutip survei terbaru yang menunjukkan tingkat dukungan sebesar 63%.
"Saya percaya ini bukan sekadar kesalahan, tetapi misinformasi yang memiliki dampak besar," kata Zelenskiy.
Ia juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan memegang kekuasaan dalam jangka panjang, tetapi juga tidak akan membiarkan Presiden Rusia Vladimir Putin menguasai wilayah Ukraina.
"Saya tidak akan berkuasa selama beberapa dekade, tetapi kita juga tidak akan membiarkan Putin berkuasa atas wilayah Ukraina," tegasnya.
Sebelumnya, Zelensky juga sempat mengatakan bahwa Trump hidup dalam "gelembung disinformasi", yang tampaknya semakin memanaskan hubungan keduanya. Namun, dalam pernyataannya Minggu lalu, ia mencoba meredakan ketegangan dengan mengatakan bahwa klaim tentang tingkat popularitas 4% tersebut berasal dari propaganda Rusia, bukan dari Trump langsung.
"Informasi tentang hanya 4% rakyat Ukraina yang mendukung saya adalah salah satu narasi yang disebarkan oleh Rusia. Itulah sebabnya saya menyebutnya sebagai serangan disinformasi. Saya tidak pernah mengatakan bahwa itu datang dari Presiden Trump," jelasnya.
Meski hubungan mereka kini semakin memburuk, Zelensky tetap berharap bahwa Trump bisa menjadi mitra strategis bagi Ukraina, bukan sekadar mediator dalam negosiasi dengan Rusia.
"Saya ingin Trump lebih dari sekadar mediator... Itu tidak cukup," katanya.
Kesepakatan Mineral
Selain tekanan politik, Zelensky juga tengah berhadapan dengan tuntutan ekonomi yang diajukan oleh pemerintahan Trump. AS meminta agar Ukraina memberikan US$500 miliar dalam bentuk sumber daya mineral penting sebagai bentuk pembayaran atas bantuan militer dan ekonomi yang telah diberikan selama perang.
Namun, Zelensky menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menerima kesepakatan yang membuatnya berutang dalam jumlah besar selama beberapa generasi ke depan.
"Tidak boleh ada format yang membuat kita menjadi debitur atas bantuan lama (yang telah diberikan)," tegasnya.
Berdasarkan data resmi, sejak perang dimulai, Washington telah memberikan US$67 miliar dalam bentuk senjata dan US$31,5 miliar dalam bantuan langsung untuk anggaran Ukraina. Namun, Zelensky menegaskan bahwa negaranya tidak akan menandatangani perjanjian yang membebankan utang kepada 10 generasi rakyat Ukraina ke depan.
"Saya tidak akan menandatangani sesuatu yang harus dibayar oleh 10 generasi Ukraina mendatang," katanya.
Kesepakatan ini mencakup hak eksplorasi dan kepemilikan atas 50% cadangan mineral utama Ukraina, termasuk grafit, uranium, titanium, dan lithium-bahan yang sangat penting dalam produksi baterai kendaraan listrik dan industri teknologi tinggi lainnya.
Pada Jumat lalu, Zelensky mengatakan bahwa tim negosiator dari Ukraina dan AS sedang bekerja untuk mencapai kesepakatan, tetapi ia tetap bersikeras bahwa kesepakatan tersebut harus mencakup jaminan keamanan bagi Ukraina, bukan sekadar transaksi ekonomi.
Trump sendiri menyatakan bahwa ia mengharapkan kesepakatan ini akan segera ditandatangani, meskipun detail final dari perjanjian tersebut masih belum jelas.
Sementara itu, Menteri Ekonomi Ukraina, Yuliia Svyrydenko, mengungkapkan bahwa sekitar 18% wilayah Ukraina yang kini berada di bawah pendudukan Rusia mengandung sumber daya mineral senilai US$350 miliar.
"Kami sedang melakukan penelitian geologi tambahan untuk memperbarui informasi yang sudah ada sejak beberapa dekade lalu," ujarnya.
Selain itu, Andriy Yermak, Kepala Staf Kepresidenan Ukraina, juga mengonfirmasi bahwa ia telah melakukan pembicaraan konstruktif dengan pejabat senior AS mengenai pengembangan sektor mineral Ukraina.
"Kami terus bergerak maju dengan pekerjaan ini. Ini adalah diskusi yang konstruktif," tulis Yermak di Telegram.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Trump Salahkan Ukraina Atas Perang Dengan Rusia
Next Article Pasukan Putin Menuju Kemenangan, Rusia Duduki Kota Penting Ukraina