Foto Internasional
Reuters, CNBC Indonesia
12 May 2025 16:30

Warga Filipina datang untuk memberikan suara dalam pemilihan paruh waktu pada sebuah tempat pemungutan suara di Kota Taguig, Metro Manila, Filipina, Senin (12/5/2025). (REUTERS/Lisa Marie David)

Dikutip dari Reuters, dalam pemilihan ini menampilkan pertarungan proksi yang menegangkan antara Presiden Ferdinand Marcos Jr. dan sekutu yang berubah menjadi musuh, Wakil Presiden Sara Duterte. (REUTERS/Lisa Marie David)

Duterte dan Marcos tidak masuk dalam daftar kandidat untuk lebih dari 18.000 posisi, tetapi telah berkampanye secara agresif untuk daftar kandidat mereka, karena persaingan sengit mereka mendominasi kontes yang dapat memengaruhi dinamika kekuasaan di masa depan di negara berpenduduk 110 juta orang tersebut. (REUTERS/Lisa Marie David)

Yang dipertaruhkan bagi Marcos adalah agenda kebijakannya, warisannya, dan pengaruhnya terhadap penggantinya pada tahun 2028, sementara kelangsungan hidup politik Duterte dapat bergantung pada pemungutan suara, dengan sidang pemakzulan yang membayangi yang dapat menghancurkan harapan masa depan untuk menjadi presiden dan mengikuti jejak ayahnya, Rodrigo Duterte. (REUTERS/Lisa Marie David)

Sementara jabatan untuk wali kota, gubernur, dan anggota DPR diperebutkan, perebutan antara Marcos dan Duterte adalah memperebutkan selusin kursi yang didambakan di Senat yang beranggotakan 24 orang, sebuah majelis dengan pengaruh legislatif dan pengaruh politik yang luas yang dapat membentuk opini publik dan menenggelamkan ambisi presiden. (REUTERS/Lisa Marie David)

Duterte mengatakan kepada wartawan bahwa dia baru-baru ini berbicara dengan ayahnya, yang ditahan di Den Haag dan menghadapi persidangan di Mahkamah Pidana Internasional atas "perang melawan narkoba". (REUTERS/Lisa Marie David)

Dia mengatakan bahwa dia memberi tahu ayahnya bahwa lebih dari dua dari 10 kandidat Senat yang didukungnya kemungkinan besar akan menang. Di antara 10 kandidat tersebut adalah mantan kepala polisi yang mengawasi perang narkoba, yang menyebabkan ribuan orang tewas. (REUTERS/Lisa Marie David)