Orang Jerman Selamat Saat Gempa Besar M7,9-Tsunami 100 M Hantam Ambon

2 weeks ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia - Selamat dari bencana dahsyat jelas mukjizat bagi para korban. Kisahnya bisa menjadi pembelajaran bagi generasi mendatang untuk meningkatkan kewaspadaan atas bencana. Salah satu orang yang mendapat mukjizat itu adalah warga Jerman bernama George Eberhard Rumphius yang lolos dari gempa M7,9 dan tsunami 100 meter di Ambon, Maluku, pada 17 Februari 1674. 

Kejadian hari itu menewaskan 2.322 orang. Rumphius jadi satu dari sedikit korban selamat. Kesaksiannya membuka tabir sejarah bencana alam di Indonesia dan menurut BMKG jadi cerita pertama dalam sejarah dan catatan tsunami tertua di Nusantara.

"Gempa Ambon 1674 merupakan gempa dan tsunami dahsyat yang pertama dalam catatan Nusantara," ungkap Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam webinar "Peringatan Tsunami Ambon 1674", Selasa (18/2/2025).

Lantas, siapa Rumphius dan mengapa ada di Ambon saat bencana melanda?

Dalam riset "Dutch Pre-colonial Botany and Rumphius's Ambonese Herbal" (2014) Rumphius merupakan naturalis atau ahli tanaman ternama dunia. Dalam khazanah sains, dia dikenal sebagai penulis buku berjudul Herbarium Amboinense. Sesuai namanya, buku tersebut berfokus pada pengamatan dan penelitian Rumphius atas tanaman-tanaman yang ada di Ambon.

Pria asal Jerman itu tiba di Ambon pada 1653. Awalnya datang sebagai tentara VOC. Namun, waktu membuktikan, dia lebih menyukai alam Indonesia Timur dibanding mengokang senjata. Maka, dia memantapkan diri sebagai pengamat dan peneliti alam Ambon.

Sejak saat itulah, dia keluar masuk hutan dan rela berdiam diri di sana demi mengamati alam Ambon. Dia mencatat, memberi deskripsi, dan menggambar ilustrasi satu per satu tanaman yang dia temui. Bahkan, dia juga ikut menuliskan khasiat dari tanaman berdasarkan pengalaman masyarakat. 

Hasil pengamatan Rumphius kelak membuka pengetahuan baru dunia soal tanaman. Sebab, banyak tanaman-tanaman yang baru ditemukan oleh Rumphius. Total, dia mencatat 1.700 tumbuhan dan 1.060 ilustrasi yang akhirnya selesai setelah 38 tahun.

Selama proses penggarapan bukan berarti tak ada masalah mendera. Rumphius berulangkali dilanda duka dan masalah. 

Ketika baru memulai pekerjaan sebagai peneliti, Rumphius terkena glaukoma pada 1670. Penyakit itu membuat fungsi kedua mata Rumphius mengalami penurunan. Akibatnya, untuk membuat pengamatan, dia mengandalkan indera manusia lain dan bantuan anak-istri. Jadi, Rumphius mendikte pengamatan dan meminta anak-istri membuat deskripsi dan visual. 

Selang empat tahun kemudian, Rumphius dan keluarga jadi korban gempa dan tsunami dahsyat Ambon. Kejadian itu menewaskan anak dan istri yang kebetulan sedang jalan-jalan di pusat kota. Rumphius pun hidup seorang diri di tengah serangan penyakit mata. Untungnya, ada putranya yang menemani untuk memulai riset kembali.

Tak berhenti sampai di situ, kemalangan terus menimpa Rumphius. Pada 1687, rumah dan perpustakaan pribadi terbakar. Naskah risetnya pun hangus tak tersisa. Lalu, pada 1692, saat sudah selesai meneliti, naskah riset lenyap akibat kapal yang ditumpangi tenggelam. Semua masalah tersebut membuat pria kelahiran 1 November 1627 harus menulis kembali naskah dari nol. 

Naskah tersebut baru benar-benar rampung dan sampai kepada elite VOC pada 1696. Sebagai penulis dan peneliti, dia tentu ingin naskahnya diterbitkan supaya dibaca banyak orang. Sayang, VOC enggan menerbitkan karena takut hasil pengamatan bocor ke negara lain. Alhasil, Rumphius harus menelan pil pahit dan menerima kenyataan.

Usai terkena masalah bertubi-tubi, Rumphius wafat pada 1702 di usia 74 tahun. Naskah risetnya disimpan di Belanda sampai akhirnya diterbitkan secara luas pada 1741 alias 40 tahun usai warga Jerman itu wafat. 


(mfa/mfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Next Article Cekik Rakyat Lewat Pajak, Pejabat VOC Kena 'Azab' Tak Terduga

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |