Jakarta, CNBC Indonesia - Operasi modifikasi cuaca (OMC) membuahkan hasil. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, sejak dilakukan OMC, sudah 2 hari ini tidak turun hujan di Jabodetabek.
Kata dia, untuk penerbangan hari ini Kamis (6/3/2025), telah dilakukan sebanyak enam sorti. Dilaporkan, 4 ton Natrium Chlorida (NaCl) dan 2 ton kalsium oksida (CaO) telah disemai di langit Jawa Barat.
"Enam sorti penerbangan bahan semai hari ini dilakukan dengan menggunakan pesawat Cessna Caravan PK-SNP. Sorti 1 dilakukan di wilayah perairan utara Jawa Barat, sorti 2 di wilayah utara Bekasi, sorti 3 di wilayah Bekasi, sorti 4 di wilayah Bekasi dan Karawang, sorti 5 di wilayah pesisir Karawang sampai Pamanukan, dan sorti 6 di wilayah Jatiluhur dan area Bandung," paparnya dalam keterangan resmi.
"Pelaksanaan OMC dalam rangka pengurangan curah hujan di wilayah Jabodetabek guna percepatan penanganan darurat banjir di Daerah Khusus Jakarta dan Jawa Barat telah terlaksana sebanyak 9 sorti selama 16 jam 43 menit dengan total bahan semai 9.000 kg NaCl dan 2.000 kg (CaO) sejak Selasa kemarin," jelas Abdul Muhari.
BNPB, lanjutnya, bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait akan melaksanakan operasi modifikasi cuaca hingga tanggal 8 Maret 2025.
"Hal ini berdasarkan analisis prakiraan cuaca potensi hujan sedang hingga lebat di wilayah Jabodetabek hingga 11 Maret mendatang. Harapannya, OMC dapat mengurangi curah hujan yang berpotensi turun di wilayah Jabodetabek sehingga meminimalkan risiko banjir," kata Abdul Muhari.
Peringatan Dini BMKG
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan agar tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir di daerah rawan.
"Pemantauan cuaca secara berkala sangat penting untuk mengantisipasi dampak dari dinamika atmosfer yang terus berkembang," tulis BMKG dalam Prospek Cuaca Mingguan yang dirilis 3 Maret 2025 di situs resmi.
Kondisi ini dipicu berbagai berbagai dinamika atmosfer. Di antaranya Gelombang Ekuator berupa Gelombang Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin yang diprediksi akan aktif di sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, serta Kepulauan Papua bagian barat.
"Aktifnya beberapa gelombang ekuator tersebut berimplikasi pada peningkatan potensi pembentukan awan hujan di daerah yang dilaluinya," jelas BMKG.
"Fenomena lainnya yang juga berkontribusi pada peningkatan hujan di Indonesia adalah terpantaunya sirkulasi siklonik di Perairan Barat Aceh dan Samudra Hindia barat daya Bengkulu, yang membentuk daerah konvergensi memanjang di Perairan Barat Aceh hingga Sumatra Utara dan di Perairan Barat Bengkulu hingga Pesisir Barat Lampung," terang BMKG.
Prediksi Cuaca 7-10 Maret 2025
BMKG memprediksi, wilayah Indonesia masih didominasi berawan hingga hujan ringan pada periode tanggal 7-10 Maret 2025.
Namun, menurut BMKG, perlu diwaspadai adanya potensi peningkatan hujan dengan intensitas sedang hingga ekstrem yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.
Menurut BMKG, kondisi ini berada di wilayah berikut:
- Hujan Sedang - Lebat
Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan
- Hujan Lebat - Sangat Lebat
Sumatra Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
"Prospek di atas merupakan kondisi secara umum. Untuk informasi cuaca lebih detail dapat diakses melalui website https://www.bmkg.go.id/, aplikasi mobile infoBMKG dan sosial media @/infoBMKG," tulis BMKG.
"Tetap tenang dan siaga menghadapi perubahan cuaca ekstrem, serta pahami langkah evakuasi jika diperlukan," sambung BMKG.
Gerak Cepat Pemerintah Daerah Respons Peringatan Dini
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati telah mengingatkan peran krusial pemerintah daerah (Pemda) dalam memitigasi bencana. Terutama dalam memastikan bahwa setiap peringatan dini ditindaklanjuti dengan langkah antisipatif di lapangan.
Dwikorita mengatakan, peringatan dini bukan sekadar informasi, tetapi juga seruan untuk tindakan nyata. Kecepatan dan kesiapan dalam merespons peringatan dini cuaca ekstrem sangat menentukan upaya mitigasi risiko, baik dari segi korban jiwa maupun kerugian materiil.
"Kami terus menyampaikan peringatan dini cuaca ekstrem melalui berbagai kanal komunikasi resmi, termasuk website, aplikasi mobile, sms blasting dan media sosial BMKG. Namun, efektivitas peringatan dini ini sangat bergantung pada kesiapan daerah dalam meresponsnya dengan langkah konkret. Diperlukan koordinasi yang lebih erat antara pemerintah daerah dan masyarakat guna meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi secara lebih cepat dan efektif," ujar Dwikorita, Selasa (4/3/2025).
Foto: Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) Jabodetabek, 6/3/2025. (Dok BNPB)
Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) Jabodetabek, 6/3/2025. (Dok BNPB)
(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: BMKG Warning Puncak Cuaca Ekstrem & Potensi Banjir Susulan
Next Article Siklon Tropis Datang Lagi, BMKG Ingatkan Ancaman Hujan-Angin Kencang