Jakarta, CNBC Indonesia - Arus dana asing tercatat beli bersih dari pasar keuangan domestik pada pekan lalu. Aksi inflow tersebut relatif cukup baik setelah pekan sebelumnya tercatat outflow dalam jumlah yang cukup besar.
Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 17-20 Februari 2025, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp7,58 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp0,46 triliun di pasar saham, beli neto Rp6,96 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan beli neto Rp1,08 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 20 Februari 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp7,74 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp18,99 triliun di pasar SBN dan Rp3,23 triliun di SRBI.
Derasnya net foreign inflow pekan lalu khususnya di pasar SBN terjadi bersamaan dengan sikap BI yang menahan suku bunganya di level 5,75%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan mempertahankan BI Rate sebesar 5,75% ini mempertimbangkan masih tingginya ketidakpastian ekonomi global, seperti makin sempitnya ruang penurunan suku bunga acuan bank sentral AS, yaitu Fed Fund Rate. "Bacaan-bacaan kami termasuk juga penjelasan dari Fed Chairman Pak Jerome Powell menunjukkan kemungkinan-kemungkinan Fed Fund Rate turun hanya 1 kali, 25 bps, itu pun baru terjadi pada awal semester II, dan tentu saja itu salah satunya," kata Perry saat konferensi pers hasil rapat dewan gubernur BI, Rabu (19/2/2025).
Perry menegaskan, meski BI mempertahankan suku bunga acuan pada tahun ini, dukungan untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi tetap menjadi fokus. Di antaranya melalui kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang ditingkatkan untuk lebih mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah.
Dengan suku bunga yang ditahan ini, maka imbal hasil instrumen investasi Tanah Air menjadi cukup menarik di mata investor asing.
Hal ini tercermin dari selisih antar imbal hasil SBN tenor 10 tahun dengan UST tenor 10 tahun yang tampak mengalami kenaikan di pekan lalu yakni dari 2,275% pada 14 Februari 2025 menjadi 2,368% pada 21 Februari 2025.
Begitu pula untuk rata-rata selisih imbal hasilnya yang dipekan lalu tercatat sebesar 2,304%. Sementara di pekan kedua Februari, rata-rata selisih imbal hasilnya di angka 2,278%.
Hal ini pun dipertegas oleh Executive Director, Head of Trading, Treasury & Markets Bank DBS Indonesia, Ronny Setiawan yang mengatakan bahwa di masa ini, daya tarik pasar keuangan RI masih sangat baik utamanya di pasar obligasi dengan yield imbal hasil yang menarik meski masih akan dipengaruhi oleh arah kebijakan suku bunga The Fed dan BI.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)