Jarang Diketahui, Pria Asal Makassar Jadi Menteri Keuangan Thailand

8 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia Jabatan menteri keuangan di setiap negara sangat penting karena memegang kendali atas pengelolaan keuangan negara. Mulai dari penerimaan hingga pengeluaran. Atas alasan ini, menteri keuangan harus diisi oleh orang yang kompeten.

Belum banyak orang tahu ternyata ada pria asal Indonesia, tepatnya Makassar, menjadi menteri keuangan di negara lain, yakni Thailand. Hanya saja, kejadian ini tak berlangsung sekarang, tetapi saat negara itu masih bernama Kerajaan Siam ratusan tahun lalu. 

Lantas, siapa orang itu?

Menteri keuangan tersebut bernama Daeng Mangalle. Awalnya, Daeng Mangalle merupakan pangeran Kerajaan Gowa. Akibat VOC sukses menundukkan Kerajaan Gowa tahun 1669, Daeng Mangalle angkat kaki dari Makassar. Dia jadi satu dari sedikit orang yang tak mau tunduk kepada Belanda. 

Dia kemudian pindah ke Banten membawa ratusan orang dari Sulawesi Selatan. Di Banten, dia diterima secara baik oleh penguasa Banten. Namun, hubungan ini tak lama. Akibat Banten sudah berkongsi dengan VOC, Daeng Mangalle kembali angkat kaki. Dari Banten dia menuju ke Siam (Kini Thailand) bersama rombongan. 

Di sana dia kemudian disambut tangan terbuka oleh penguasa Siam, Raja Phara Narai. Penyambutan ini sejalan dengan kecerdasannya mengelola uang, sehingga dia pun dipercaya raja sebagai bendahara kerajaan. Dalam konsep negara-bangsa modern, posisi bendahara kerajaan sama seperti menteri keuangan. 

"[....] Bahkan, Daeng Mangalle diangkat menjadi bendahara (menteri keuangan) atau dalam bahasa Thai disebut "Doeja Paedi'," tulis H.D Mangemba dalam Sultan Hasanuddin, Disegani Kawan dan Lawan (2007).

Sayang, tak diketahui lebih lanjut bagaimana kontribusi Daeng Mangalle sebagai bendahara Siam. Hanya saja, posisi tersebut menjadi petaka bagi Daeng Mangalle. Sebab dia dituduh terlibat konspirasi yang disusun orang Melayu, Campa dan Islam melawan Raja Phra Narai.

Raja menuduh seluruh pihak tersebut ingin menjarah istana kerajaan, membunuh raja, dan mengubah agama raja pengganti. Padahal, konspirasi tersebut tak dapat dibuktikan. Daeng Mangalle sendiri membantah tuduhan tersebut. Dia menyebut bukan orang yang suka adu domba. 

"Sebagai Pangeran Makassar, dia tidak mungkin bertindak sebagai pengadu tapi lebih suka bertempur dengan teman-teman setanahairnya, terbunuh secara terhormat dan membawa mati rahasia yang boleh jadi dia tahu mengenai komplotan itu," ungkap sejarawan Bernard Dorléan dalam Orang Indonesia & Orang Prancis, dari Abad XVI sampai dengan Abad XX (2006). 

Namun, Raja Siam tak peduli dan tetap menekan pihak yang terlibat. Banyak orang Melayu, Campa, dan Islam akhirnya mengakui kesalahan kepada raja dan memohon pengampunan. Hanya Daeng Mangalle yang ogah melakukannya sebab tak merasa bersalah.

Atas dasar ini, raja mempersempit ruang gerak pangeran Makassar itu. Awalnya dengan meminta pasukan Prancis, yang jadi mitra Siam, mengepung permukiman orang Makassar di Ayuthia. Pengepungan ini kemudian membuat orang-orang Makassar melawan hingga berakhir pertumpahan darah. 

Setelah kejadian ini, Raja Siam kembali melakukan pengepungan. Kali ini lebih dahsyat sebab pasukan militer juga menyerang duluan. Alhasil, pertempuran pun tak bisa dihindari. Daeng Mangalle dan orang-orang Makassar sukses membunuh tentara menggunakan tombak dan keris. 

Namun, akibat kalah jumlah dan persenjataan, orang-orang Makassar sukses dikalahkan pasukan Siam. Begitu juga Daeng Mangalle yang berhasil dibunuh oleh orang Siam pada sekitar 1686. Meski sukses diredam, perlawanan orang Makassar membuat penduduk lokal takjub akan daya juang mereka. Kelak, sejarah juga mencatat Daeng Mangalle barangkali menjadi orang asal Indonesia, tepatnya Makassar, pertama yang jadi menteri keuangan di negara yang kini menjelma jadi Thailand. 


(mfa/mfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |