Jangan Lengah! Ini 6 Tanda Ekonomi RI Dalam Kondisi Genting

7 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Data pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2025 berada jauh di bawah target pemerintah. Pertumbuhan yang melambat ini merupakan tanda bahwa perekonomian RI yang sedang tidak baik-baik saja.

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan salah satu faktor utama perlambatan saat ini adalah kontraksi konsumsi pemerintah.

Luhut memastikan pemerintah sudah mengetahui permasalahan yang ada dan telah mengambil langkah untuk mengatasinya. Menurutnya, Presiden Prabowo akan bertindak untuk memperbaiki masalah ini. Ke depannya, dia mengatakan pemerintah akan melakukan percepatan belanja.

"Yang penting kita sudah tahu masalah, dan presiden sudah address bahwa kita akan perbaiki ini. Karena itu, percepatan belanja negara menjadi kunci," katanya di video yang diunggah di Instagram @luhut.pandjaitan, dikutip Jumat (9/5/2025).

Selain itu dia menyadari adanya permasalahan lain, yakni perlambatan konsumsi rumah tangga, investasi yang belum optimal dan tekanan ekspor akibat efek global, serta pertumbuhan wilayah yang belum merata

"Ini semua mengingatkan kita tentang pemerataan dan percepatan harus dijalankan secara simultan," tegasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun buka suara terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat pada kuartal pertama 2025.

Ia mengatakan bahwa pemerintah harus benar-benar bisa memetakan permasalahan yang membuat ekonomi melambat.

"Banyak yang direncanakan oleh pemerintah, jadi kita harus benar-benar mendetailkan kenapa di kuartal pertama 2025 ini kita cuma tumbuh 4,87%," ucap Misbakhun di Gedung DPR RI, beberapa waktu lalu.

Misbakhun mengungkapkan saat ini bisa menjadi momen yang pas untuk mengidentifikasi sektor-sektor mana yang mengalami penurunan.

"Sektor-sektor yang menyebabkan penurunan ini harus kemudian kita detailkan program apa yang bisa mengungkit nanti di kuartal kedua supaya pertumbuhan itu bisa kembali di atas 5%. Sehingga target yang ada di APBN secara keseluruhan nanti di akhir tahun, year on year-nya bisa kita perbaiki." ujarnya.

Terlepas dari upaya yang akan ditempuh ini, pemerintah harus gerak cepat. Pasalnya, sejumlah indikator ekonomi telah menunjukkan adanya pelemahan di dalam ekonomi RI. Sebelum terlambat, pemerintah harus bergerak. Ini 6 indikator yang menunjukkan pelemahan ekonomi RI:

Pertumbuhan Ekonomi RI Melemah

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 yang tak sampai 5%, yakni hanya melaju 4,87%merosot dari laju pertumbuhan kuartal IV-2024 yang sebesar 5,02%. Dibanding kuartal I-2024 bahkan anjlok dalam, karena saat itu masih mampu tumbuh 5,11%.

Dalam struktur ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2025, konsumsi pemerintah memang menjadi satu-satunya yang mengalami kontraksi, dengan minus 1,38%. Padahal, pada kuartal I-2024 tumbuhnya 20,44% ditopang belanja pemerintah untuk keperluan pemilihan umum atau pemilu.

Konsumsi rumah tangga masih mampu tumbuh 4,89% meski di bawah 5%, investasi atau PMTB tumbuh 2,12%, ekspor 6,78%, konsumsi LNPRT 3,07%, dan impor tumbuh 3,96%.

Kendati melemah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 itu peringkat kedua tertinggi di kelompok negara-negara anggota G20.

Airlangga mengatakan, negara anggota G20 lain bahkan pertumbuhannya jauh di bawah Indonesia. Misalnya, Amerika Serikat pada kuartal I-2025 hanya mampu tumbuh 2%, Spanyol 2,9%, Malaysia tumbuh 4,4%, Singapura 3,8%, dan Korea Selatan bahkan terkontraksi hingga minus 0,1%.

Sementara itu, bila dibanding negara-negara tetangga yang menjadi anggota ASEAN, Airlangga menegaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di bawah Vietnam yang mampu mencatatkan laju ekonomi 6,9% pada tiga bulan pertama tahun ini.

"Khusus untuk ASEAN itu kita sedikit di bawah Vietnam," ungkap Airlangga.

Kinerja Manufaktur

Aktivitas manufaktur Indonesia terkontraksi pada April 2025. Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global Jumat lalu (2/5/2025). Data ini menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di level 46,7 atau mengalami kontraksi di April 2025.

Ini adalah kali pertama PMI mencatat kontraksi sejak November 2024 atau dalam lima bulan terakhir. Angka ini bahkan disebut sebagai kinerja terburuk sejak Agustus 2021, pada periode tersebut Indonesia tengah dihantam pandemi Covid-19 gelombang Delta. Kondisi ini terjadi di tengah panasnya tensi perang dagang, akibat kebijakan tarif resiprokal tinggi yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump kepada negara-negara mitra dagang utamanya, termasuk RI. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

Badai PHK Berlanjut

Setelah badai PHK melanda industri tekstil, kini industri perhotelan di Tanah Air dihampiri kisruh yang sama. Tenaga kerja di sektor perhotelan terus berkurang setelah pemerintah menerapkan kebijakan efisiensi. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran mengungkapkan bahwa saat ini hotel sudah tidak lagi menyerap pekerja harian karena kebutuhannya memang tidak ada.

"Kontribusi pemerintah besar, antara 40-60%, kalau diperhatikan banyak daerah yang kontribusinya lebih dari itu, sampai 70% karena selama ini pasar pemerintah besar untuk mengadakan berbagai kegiatan dengan menggunakan kegiatan pertemuan hotel sehingga tumbuh convention tentu dengan kondisi yang ada sekarang," ungkap Maulana kepada CNBC Indonesia, akhir April lalu (28/4/2025).

Karenanya banyak pekerja yang akhirnya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) serta dirumahkan. Hotel yang paling banyak terkena khususnya pada hotel yang mengadakan MICE (meetings, incentives, conventions and exhibitions).

Warga RI Pilih Nabung daripada Belanja

Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) jenis tabungan perorangan justru meningkat signifikan pada Maret 2025 atau selama Ramadan dan menjelang Idul Fitri. Namun, masyarakat semakin enggan menaruh uangnya di deposito.

Meningkatnya jumlah tabungan selama Ramadan terbilang anomali mengingat biasanya masyarakat menguras tabungan selama Ramadan karena tingginya konsumsi. Sebagai catatan, Ramadan jatuh pada 1 Maret 2025 dan berakhir pada 30 Maret sementara Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 31 Maret 2025.

Meningkatnya tabungan dan masih tekoreksinya deposito perorangan tercatat dalam data Bank Indonesia.

Bank Indonesia (BI) pada Rabu (24/4/2025) telah merilis data uang beredar yang tampak masih tumbuh pada Maret 2025.

Pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) pada Maret 2025 tumbuh 6,1% (year on year/yoy) atau relatif stabil jika dibandingkan bulan sebelumnya yang naik sebesar 6,2% yoy sehingga tercatat Rp9.436,4 triliun.

Deflasi di Awal Tahun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi secara bulanan atau month-to-month (mtm) pada dua bulan pertama di tahun 2025. Deflasi tercatat sebesar 0,76 persen mtm pada Januari 2025 dan 0,48 persen mtm pada Februari 2025. Kondisi ini sangat jarang terjadi jelang Ramadan.

Berdasarkan data BPS yang dapat diperoleh CNBC Indonesia Research sejak 1996, IHK secara bulanan untuk periode satu bulan sebelum bulan Ramadhan cenderung selalu mengalami inflasi. Namun berbeda halnya dengan Februari 2025 yang justru mengalami deflasi 0,48%.

Dengan demikian, inflasi ini diduga terjadi karena faktor-faktor seperti penurunan konsumsi rumah tangga, pengangguran di sektor manufaktur, dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Sejak era krisis 1997/1998, Indonesia hanya mengalami dua kali deflasi (yoy) yakni pada Maret 2000 dan Februari tahun ini. Artinya, fenomena deflasi tahunan hanya terjadi 25 tahun yang lalu.

Terjadinya deflasi pada Maret 2000 lebih disebabkan karena inflasi pada periode sebelumnya sangat tinggi, Inflasi pada Maret 1999 menembus 45%.

Namun, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa deflasi bukan disebabkan oleh menurunnya daya beli. Namun, deflasi terjadi akibat adanya diskon 50% untuk tarif listrik dari pemerintah.

"Ini bukan karena penurunan daya beli tapi karena diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi dua bulan berturut-turut," ujar Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).

Penjualan Mobil Lesu

Lebih lanjut, data Astra Internasional dan GAIKINDO menunjukkan penjualan mobil nasional kembali tertekan. Setelah sempat menikmati lonjakan signifikan di bulan Februari 2025 lalu, penjualan di bulan Maret 2025 berbalik turun.

Data tersebut mencatat, penjualan mobil nasional bulan Maret 2025 turun 1,99% atau 1.44 unit menjadi 70.892 unit dibandingkan Februari 2025 yang mencapai 72.336 unit. Jika dibandingkan secara tahunan, penjualan bulan Maret 2025 mengalami penurunan sebanyak 3.828 unit. Atau drop sekitar 5,12% dari Maret 2024 yang mencapai 74.720 unit.

Secara total, penjualan wholesale mobil sepanjang Januari-Maret 2025 tercatat mencapai 205.160 unit. Anjlok 10.090 unit atau 3,66% dari periode sama tahun 2024 yang tercatat sebanyak 215.250 unit.

Sebelumnya, pada bulan Februari 2025, penjualan mobil nasional beri kabar baik. Tercatat, penjualan mobil mencapai 72.295 unit, melonjak 10.363 unit atau 16,73% dibandingkan Januari 2025 yang sebanyak 61.932 unit.

Pengamat otomotif Yannes Pasaribu menilai, data jumlah pemudik 2025 turun 24,34% dari 2024 sudah jadi sinyal awal. Ini mengindikasikan memang terjadi tekanan ekonomi yang nyata di Indonesia.

Apalagi, imbuh dia, pemutusan hubungan kerja (PHK) terus terjadi dan meningkat. Yang memperparah kondisi masyarakat kelas menengah di Indonesia.

Menurut Yannes, penurunan penjualan mobil nasional di bulan Maret 2025 mencerminkan tekanan signifikan dari pelemahan ekonomi makro.

"Indeks Keyakinan Konsumen yang terus menurun dan deflasi beruntun juga menunjukkan kehati-hatian masyarakat dalam belanja. Dalam situasi ini, pembelian mobil sebagai kebutuhan tersier berbiaya tinggi, besar kemungkinan akan ditunda," kata Yannes kepada CNBC Indonesia, dikutip (5/5/2025).

"Konsumen tampaknya lebih memilih mengalokasikan dana untuk kebutuhan primer, menabung, atau membayar kewajiban expenditure keluarga lain yang lebih penting dan mendesak," sambungnya.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ekonomi RI Melambat, Tersandung Belanja Pemerintah?

Next Article Was-Was Soal Daya Beli, Investor Pantau Data Ekonomi RI Terbaru

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |