Ini 10 Mata Uang Terlemah Di Dunia, Ada Rupiah

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang di seluruh dunia secara umum mengalami tekanan sepanjang tahun ini. Kendati dolar Amerika Serikat (AS) melemah dibandingkan sejumlah mata uang banyak negara tetapi mata uang Greenback juga masih terlalu tangguh bagi mata uang negara lainnya. 

Dilansir dari Refinitiv, dolar AS sebenarnya turun 7% sepanjang tahun ini dan pernah berkutat di bawah 100. Namun, dolar AS masih tangguh dibandingkan banyak mata uang lainnya.

Hal ini terlihat dari besarnya perbandingan 1US$ dibandingkan mata uang bersangkutan

Dengan kebijakan suku bunga yang masih menjadi fokus utama, para analis memproyeksikan DXY akan melanjutkan penguatan menuju level 108,00 pada kuartal kedua 2025, tergantung pada perkembangan data ekonomi AS, terutama inflasi dan data pasar tenaga kerja yang akan datang.

Pergerakan dolar yang kuat ini berimbas pada banyak mata uang dunia, dengan beberapa mata uang terlemah di dunia semakin mengalami tekanan.

Berikut pergerakan mata uang terlemah di dunia:

1. Lebanon - Pound Lebanon (LBP)

Nilai tukar Pound Lebanon telah jatuh bebas sejak krisis keuangan tahun 2019. Hingga Mei 2025, LBP diperdagangkan sekitar 89.000 per US$, mencerminkan hilangnya kepercayaan publik terhadap sistem perbankan nasional. Faktor utama adalah default utang negara pada 2020, kolapsnya sistem perbankan, dan kekosongan politik berkepanjangan yang menghambat implementasi reformasi ekonomi dari IMF.

2. Iran - Rial Iran (IRR)

Rial Iran stagnan di angka 42.000 per US$, dipengaruhi oleh sanksi ekonomi Barat yang terus membatasi akses Iran ke sistem keuangan internasional. Inflasi domestik tetap tinggi karena pencetakan uang untuk menutupi defisit fiskal, ditambah lagi lemahnya ekspor minyak akibat hambatan perdagangan global.

3. Vietnam - Dong Vietnam (VND)

Dong Vietnam melemah ke level 25.990 per US$, seiring tekanan dari penguatan dolar AS secara global. Selain itu, perlambatan ekspor manufaktur, terutama ke Eropa dan AS, turut menekan neraca perdagangan. Ketergantungan tinggi pada investasi asing juga membuat Dong rentan terhadap sentimen global dan capital outflow.

4. Laos - Kip (LAK)

Kip terus melemah menjadi 21.645 per US$, akibat utang luar negeri yang membengkak, terutama kepada Tiongkok untuk proyek infrastruktur Belt and Road. Inflasi domestik tinggi karena ketergantungan impor bahan pokok dan bahan bakar, ditambah defisit neraca transaksi berjalan.

5. Indonesia - Rupiah (IDR)

Rupiah melemah ke Rp16.590 per US$ di tengah gejolak global. Faktor utamanya adalah penguatan dolar AS akibat kebijakan suku bunga tinggi oleh The Fed, serta kekhawatiran investor terhadap defisit fiskal dan ketergantungan APBN pada utang luar negeri. Meskipun ekonomi makro masih relatif stabil, arus modal keluar dari pasar obligasi negara turut menekan Rupiah.

6. Uzbekistan - Som (UZS)

Uzbekistan jatuh ke 12.950 per US$ karena tekanan dari liberalisasi ekonomi yang masih setengah jalan. Transisi dari ekonomi tertutup ke pasar terbuka menyebabkan inflasi dan volatilitas nilai tukar. Selain itu, ketergantungan pada sektor gas dan kapas membuat UZS sensitif terhadap harga komoditas dunia.

7. Guinea - Franc Guinea (GNF)

Franc Guinea tetap lemah di 8.659 per US$, meski menunjukkan stabilitas jangka pendek. Mata uang ini terbebani oleh rendahnya diversifikasi ekonomi - ekspor hanya bertumpu pada bauksit dan emas. Ketidakpastian politik dan rendahnya cadangan devisa turut mempersulit stabilisasi nilai tukar.

8. Paraguay - Guarani (PYG)

Guarani Paraguay melemah ke 7.996 per US$, terdorong oleh defisit neraca perdagangan dan kebijakan moneter yang longgar. Ketergantungan pada ekspor agrikultur seperti kedelai dan daging membuat PYG sangat sensitif terhadap fluktuasi harga komoditas dunia dan cuaca ekstrem.

9. Madagaskar - Ariary (MGA)

Ariary jatuh ke 4.679 per US$, terdampak oleh ketidakstabilan fiskal, infrastruktur ekonomi yang lemah, dan gangguan ekspor seperti vanili, kopi, dan rempah. Madagaskar juga menghadapi kerentanan terhadap bencana alam, yang menghambat pemulihan ekonomi dan mengganggu produksi pertanian.

10. Uganda - Shilling (UGX)

Berbeda dari tren negara lain, Shilling Uganda justru menunjukkan penguatan tipis terhadap dolar, di angka 3.665 per US$. Ini berkat kebijakan moneter hati-hati dari Bank Sentral Uganda, dan kenaikan pendapatan dari ekspor emas dan produk pertanian. Namun, Uganda tetap waspada terhadap potensi tekanan eksternal dan ketergantungan pada bantuan internasional.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |