IHSG Babak Belur, Begini Penjelasan Dari Analis!

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih melanjutkan tren pelemahan lagi dan kini berada di level 6500.

CNBC Indonesia memantau pada perdagangan Selasa hari ini (11/3/2025) sampai pukul 10.00 WIB, IHSG kontraksi 0,60% ke posisi 6.559,50.

Pelemahan IHSG masih dipengaruhi oleh sejumlah ketidakpastian baik dari eksternal, maupun internal.

Ekonom dariSucor Sekuritas, Ahmad Mikail menyoroti risiko dari kekhawatiran resesi Amerika Serikat (AS) yang membuat Wall Street ambles semalam.

"Karena saham-saham AS hancur tadi malam, khawatir AS masuk resesi. Saham-saham tech company seperti Nvidia juga koreksi tajam" ungkapnya.

Mikail juga melanjutkan bahwa perang dagang akan memicu pelemahan ekonomi China AS. Namun hal tersebut, akan menjadi tekanan lebih ke the Fed untuk bisa memangkas suku bunga lebih cepat supaya menghindari resesi.

Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas juga mengatakan pendapatnya soal penurunan IHSG ini disebabkan oleh penurunan rating dari institusi-institusi besar karena dari domestik kita belum menunjukkan optimisme pertumbuhan ekonomi.

"Belum menunjukkan optimisme pertumbuhan ekonomi yang optimum" ungkapnya.

Nafan juga menjelaskan bahwa di AS juga sejauh ini banyak pelemahan di indikator ekonomi-nya yang berdampak pada pelemahan bursa saham-nya. Jadi wajar jika ada probabilitas terjadi resesi tahun ini di negeri Paman Sam.

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang juga menyatakan pendapatnya tekanan dari institusi besar yang menurunkan rating bagi saham Indonesia.

"Tekanan bertambah setelah beberapa institusi besar nurunin rating" tuturnya.

Sebagaimana diketahui, baru-baru ini Goldman Sachs Group Inc. telah menurunkan peringkat pasar saham serta obligasi Indonesia didorong oleh kekhawatiran dampak tekanan perdagangan global hingga pembentukan sovereign wealth fund (SWF) baru RI Daya Anagata Nusantara (Danantara).

Bank investasi asal Amerika Serikat itu menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight. Goldman Sachs juga menurunkan peringkat surat obligasi negara bertenor 10 tahun sampai 20 tahun menjadi neutral, setelah sebelumnya obligasi tersebut merupakan yang paling disukai pasar.

Sebelumnya, Morgan Stanley juga menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW) akhir bulan lalu.

Dalam laporannya, MSCI mengatakan, langkah ini diambil seiring dengan melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi domestik serta tekanan terhadap profitabilitas perusahaan di sektor siklikal.

Morgan Stanley menyoroti pergeseran tren return on equity (ROE) yang kini lebih menguntungkan China dibanding Indonesia. Analis menilai bahwa ROE saham-saham di China mulai menunjukkan pemulihan, terutama didorong oleh perbaikan kinerja operasional dan efisiensi neraca keuangan pada sektor yang memiliki bobot besar dalam indeks.

Selain faktor fundamental, perbedaan valuasi juga menjadi alasan penurunan peringkat saham Indonesia. Morgan Stanley menyebut valuasi saham China kini lebih menarik dibanding Indonesia, terutama setelah pemerintah China menunjukkan sikap lebih positif terhadap sektor swasta.

Tak sampai di situ, Hossiana menyoroti adanya perubahan aliran portofolio ke aset yang lebih konservatif seperti obligasi. Di pasar saham, selama year-to-date, asing sudah net sell US$ 1,4 miliar, tetapi kontrasi di pasar obligasi malah terjadi net buy sebanyak US$ 1,2 miliar.

Ini menunjukkan bahwa investor beralih mencari aset-aset yang kinerja-nya lebih stabil di tengah banyak ketidakpastian saat ini.

Lantas kapan tekanan jual ini bisa mereda, kepada CNBC Indonesia Hossiana mengatakan jika dalam jangka pendek volatilitas masih akan tinggi. Namun, ia menekankan ada potensi stabil kalau ada kejelasan soal kebijakan the Fed dan ekonomi AS, efek tarif Trump yang lebih terukur, dan tekanan dana asing mereda, jika bank sentral AS nanti ada potensi cut rate lebih cepat.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |