Genjot Likuiditas, BI Mulai 'Kuras' SRBI

16 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Outstanding atau posisi nilai Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang belum jatuh tempo kian menyusut sepanjang tahun ini. Dipicu oleh upaya BI menjaga likuiditas rupiah di sistem perekonomian Indonesia.

Per 21 April 2025, outstanding SRBI sudah ke level Rp 881,86 triliun, jauh menyusut ketimbang posisi per 16 Desember 2024 yang masih Rp 940,67 triliun. SRBI itu sendiri merupakan instrumen operasi moneter Bank Indonesia untuk menarik aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio dengan underlying asset berupa SBN.

Kepemilikan asing atau non residen dalam SRBI per 21 April 2025 juga menurun menjadi Rp 209,90 triliun. Sedangkan, pada 16 Desember 2024 jumlahnya masih mencapai Rp 233,85 triliun.

"Jadi dalam konteks Bank Indonesia mendorong ekspansi likuiditas secara konsisten dan terukur, kita terus berupaya menurunkan outstandingnya," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Erwin Gunawan Hutapea saat taklimat media di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, 7 Mei 2025.

"Ini menunjukkan BI mencoba rilis likuiditas yang ada untuk digunakan perbankan salurkan kredit," tegasnya.

Selain itu, BI juga melihat sudah terus masuknya aliran modal asing ke dalam negeri meskipun ketidakpastian ekonomi dan pasar keuangan masih terus tinggi saat ini. Termasuk ketidakpastian akibat perang terbuka antara India dan Pakistan yang terjadi per hari ini.

Sebagai mana diketahui, pada akhir bulan lalu, tepatnya pada periode data transaksi 28-30 April 2025, secara agregat aliran modal asing telah masuk sebesar Rp 4,15 triliun. Terdiri dari aksi beli neto oleh non residen sebesar Rp 0,22 triliun di pasar SBN, dan sebesar Rp 3,95 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Di pasar saham masih tercatat jual neto Rp 0,01 triliun.

Meski begitu, sepanjang tahun ini, dari awal tahun sampai dengan data setelmen hingga 30 April 2025, non residen tercatat jual neto sebesar Rp 49,56 triliun di pasar saham dan sebesar Rp 12,05 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp 23,01 triliun di pasar SBN.

"Artinya appetite pelaku pasar ke ekonomi Indonesia masih kuat, meski rilis PDB kemarin di kuartal I kelihatannya di bawah konsensus pelaku pasar. Konsensus pelaku pasar kita ada di 4,92%, kejadiannya 4,87%, tapi 4,87% still high enough ya bagi investor," ucap Erwin.


(arj/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: BI Lagi-lagi Tahan Suku Bunga Acuan di Level 5,75%

Next Article Video: Alasan Investor Asing Ramai-ramai Pilih SRBI Dibanding SBN

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |