Dejavu 2015, IHSG Ambles 20% dari ATH, Ada Harapan Bangkit?

21 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali jeblok lebih dari 3% kembali ke level 6200.

Pada perdagangan Selasa hari ini (18/3/2025) sampai pukul 10.21 WIB, IHSG anjlok 3,36% atau 217,56 poin ke posisi 6.254,39.

Penurunan tajam pada hari ini semakin memperpanjang tren pelemahan indeks pasar saham RI selama empat hari beruntun dan menandai level terpuruk sekitar tiga tahun terakhir.

Jika ditarik mundur sejak menyentuh level tertinggi di 7.910,86 pada September 2024, IHSG sudah ambles sekitar 20,91%. Kalau dihitung dalam basis mingguan, penyusutan tajam ini terjadi sekitar 24 bulan.

Hampir mirip seperti yang terjadi pada krisis 2015 akibat perlambatan ekonomi China dan devaluasi nilai tukar yuan. Pada 2015 lalu, IHSG ambles 22,7% hanya dalam waktu 26 bulan.

Namun, jika dicermati pemulihan dari krisis itu, IHSG membutuhkan waktu 123 minggu untuk bisa mencapai puncak baru.

Dan, kemungkinan terburuk jika saat ini de javu 2015, maka pemulihan akan membutuhkan waktu relatif lama karena penyebab saat ini lebih kompleks di banding krisis-krisis sebelumnya.

Pasar keuangan Tanah Air saat ini menghadapi banyak tantangan, baik dari eksternal dan internal.

Efek domino dari akibat Covid-19, tensi geopolitik.efek suku bunga tinggi, inflasi ketat, tarif Trump sampai pelemahan rupiah masih terasa sampai saat ini. Hal ini membuat pelaku pasar mengantisipasi bahwa secara global, pertumbuhan ekonomi akan melandai lagi pada tahun ini.

Bahkan negara adidaya, seperti Amerika Serikat (AS) juga mulai dikhawatirkan akan mengalami resesi. Ekonomi China juga terpantau masih lemah dan mengalami deflasi berkelanjutan.

Hal tersebut juga terjadi di Indonesia pada saat ini, di mana ekonomi cenderung tumbuh lebih lambat, daya beli lemah yang ditandai deflasi dan likuiditas makin mengetat. Risiko dari politik dalam negeri juga masih menjadi tantangan, terutama di masa pemerintahan Presiden baru.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |