Daftar 51 Saham Terburuk, Harganya Mentok di Rp50/saham

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor umumnya tidak menyukai saham gocap atau saham yang harganya mentok di Rp50 per lembar karena beberapa alasan utama yang terkait dengan risiko tinggi dan prospek yang buruk.

Saham gocap biasanya mencerminkan kondisi perusahaan yang sangat lemah, seperti rugi bertahun-tahun, utang menumpuk, b,isnis tidak jelas atau menurun hingga tidak ada rencana pemulihan yang meyakinkan. Investor cenderung menghindari perusahaan seperti ini karena nilai intrinsiknya rendah atau bahkan negatif.

Saham dengan harga Rp50 adalah harga minimum di BEI, tidak bisa turun lebih rendah. Banyak juga saham gocap terjebak bertahun-tahun di level itu tanpa kenaikan. Tanpa sentimen positif atau aksi korporasi besar (seperti reverse stock split atau restrukturisasi), potensi rebound sangat kecil.

Karena likuiditas rendah, saham gocap sering tidak diminati sehingga sulit untuk dijual. Tidak ada antrian beli atau hanya sedikit volume transaksi harian. Investor pun bisa nyangkut lama tanpa bisa keluar.

Saham gocap juga memiliki potensi besar untuk delisting. BEI bisa melakukan suspensi bahkan delisting terhadap saham-saham yang tidak memenuhi aturan (seperti tidak membukukan laba selama beberapa tahun). Jika delisting, investor bisa kehilangan semua investasinya atau hanya bisa menjual di pasar negosiasi yang tidak likuid.

Saham gocap juga sering digunakan untuk spekulatif dan rentan digoreng. Saham gocap sering digunakan untuk digoreng oleh bandar atau pihak tertentu. Pergerakan harganya bisa tidak mencerminkan nilai fundamental. Hingga risiko dimanipulasi sangat tinggi, apalagi bagi investor ritel.

CNBC Indonesia telah memantau, masih terdapat 51 saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berada di harga Rp50 per lembar saham.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)