Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Juni 2025 terjadi inflasi sebesar 0,19% secara bulanan atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 108,07 pada Mei 2025 menjadi 108,27 pada Juni 2025. Adapun komoditas yang dominan mendorong inflasi adalah beras, dengan andil inflasi 0,04%.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyebut lonjakan harga itu tak bisa dilepaskan dari siklus panen nasional dan naiknya harga gabah di tingkat petani.
"Oh iya kan, big harvest atau panen raya itu kan di bulan Maret-April. Di mana produksi setara berasnya itu kan di atas 5-10 juta ton. Begitu di bulan Mei-Juni kan panennya turun. Itu kan pola-nya begitu," kata Arief saat ditemui di kompleks parlemen, Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Ia menjelaskan, saat produksi menurun, harga gabah akan naik. "Jadi kalau gabah itu, begitu produksinya turun, harganya akan naik. Kalau harga gabah naik, maka harga beras juga akan naik," ujarnya.
Arief mengatakan, pemerintah sebenarnya saat ini sudah bersiap melakukan intervensi, namun terkendala anggaran yang belum cair.
"Ya, ini kan kita mau intervensi," kata dia.
Ia menjelaskan, prosedur penyaluran intervensi seperti bantuan pangan dan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) harus mengikuti ketentuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), termasuk menunggu ketersediaan anggaran dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
"Kalau nggak ada duitnya mau pakai apa? Jadi gini, kalau kita bekerja itu kan ikut prosedur. Prosedurnya kalau BPK itu, kita mengeluarkan anggaran, harus sudah ada anggarannya. Nah, nggak bisa anggarannya belum ada, kamu bekerja itu nggak boleh," tegas Arief.
"Ini kita pakai cara kerja BPK ya. Jadi anggarannya masuk dulu, baru bisa disalurkan. Kan gitu. Masa kita nyalurin nggak punya duit, nyalurin. Salah nanti. Kalau misalnya nanti tiba-tiba nggak dapat persetujuan gimana?" sambungnya.
Arief memastikan, setelah proses pengajuan selesai dan anggaran disetujui, maka penyaluran bisa langsung dilakukan. "Nah, sekarang kan sudah. Nah, kita akan segera intervensi," kata dia.
Mengenai harga ke depan, Arief berharap harga beras bisa tetap stabil di semua rantai pasok, tanpa merugikan petani maupun konsumen.
"Kita pinginnya harga yang wajar. Kalau harga beras terlalu rendah, nanti petaninya yang terdampak. Sekali lagi nih, harga gabah yang wajar. Harga beras di penggilingan yang wajar. Harga beras di konsumen yang wajar. Jangan terlalu rendah di hulu, jangan terlalu rendah di hilir. Apalagi kalau terlalu rendah di hilir. Kan daya beli 280 juta lebih orang kan harus dijaga," pungkasnya.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BPS Catat Beras Premium Naik 0,98% di Maret, Jadi Rp13.209 per Kg!