Jakarta, CNBC Indonesia - Kehadiran deepfake membuat kekhawatiran terjadinya disinformasi yang masif di jagat maya, hingga berkembangnya modus-modus penipuan. Penyalahgunaan deepfake juga bisa memanipulasi gambar dan memicu kebingungan.
Founder & Group CEO VIDA Niki Luhur mengungkapkan pihaknya telah mengembangkan platform teknologi untuk mengantisipasi penipuan identitas menggunakan Deepfake yang berbasis Artificial Intelligence (AI). Ada beberapa mode deteksi yang bisa digunakan, sehingga bisa mengidentifikasi keaslian sebuah foto.
Dengan kemampuan identifikasi dari gambar yang dimanipulasi, maka keamanan data pun bisa terjamin.
"Teknik enskripsi itu dari HP yang asli untuk memastikan sumber data tidak dimanipulasi di tengah jalan. Bukan hanya sisi AI tapi juga mungkin menggunakan enskripsi untuk memastikan data belum digandakan. Ini teknik-teknik yang lebih spesifik, bagaimana memastikan dari sisi transaksi itu sumber asli," jelas Niki dalam CNBC Indonesia Tech and Telco Summit 2025, Jumat (21/2/2025).
Untuk itu perlu dibangun sistem keamanan berlapis untuk mendeteksi serangan siber. Dengan begitu keamanan data bisa terjamin, terutama dalam layanan finansial.
"Di VIDA kami percaya keamanan digital adalah hak kita semua, seperti akses digital dan keuangan," kata dia.
Niki menegaskan kepercayaan pada layanan digital dengan pemanfaatan AI harus bisa terbangun agar bisa merasakan manfaatnya. Dia juga mengungkapkan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligent) harus tetap mengutamakan keamanan data, terutama dalam transaksi keuangan.
Menurutnya potensi AI dalam layanan keuangan berkembang pesat dan kian canggih, mulai dari pembukaan rekening hingga transaksi, untuk meningkatkan pengalaman konsumen.
"Risiko teknologi tergantung bagaimana dipakainya," kata Niki.
(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Tantangan Membangun Ekosistem AI yang Aman
Next Article Jangan Langsung Hapus! Lakukan Ini Jika Jadi Korban Pornografi AI