Jakarta, CNBC Indonesia - Masa kejayaan saham-saham milik konglomerat Tanah Air yang sempat menjadi trade center bagi para investor maupun trader di bursa saham Indonesia, kini sudah mulai sirna satu persatu.
Di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan di sepanjang Maret 2025, saham-saham konglomerat justru mengalami penurunan drastis.
Pada penutupan perdagangan terakhir sebelum libur panjang, Kamis (28/3/2025), IHSG menguat 0,59% di level 6.510,62. Terpantau sepanjang Maret 2025, IHSG mengalami lonjakan 3,83%. Berbeda dibandingkan dengan kinerja Februari 2025 yang justru anjlok 11,80%.
Saham-saham konglo yang sempat mencetak kenaikan luar biasa, kini sudah mulai runtuh. Mulai dari saham Prajogo Pangestu hingga Happy Hapsoro kini sudah mulai habis masa jayanya di awal tahun ini.
Mulai dari saham CUAN, PTRO, BRPT kompak runtuh. Hanya saham TPIA yang masih mampu bertahan dengan kenaikan tipis.
Saham yang terafiliasi dengan adik Presiden RI Prabowo Subianto yakni Hashim S. Djojohadikusumo kini sudah mulai redup. Sempat ramai usai mencetak rekor-rekor harga saham tertinggi baru, kini saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) mulai ambruk dan sulit untuk berbalik arah menuju rekor baru.
Begitu juga dengan saham dari suami Puan Maharani, Happy Hapsoro, yang juga mulai menuju tren penurunan.
Saham termahal di bursa saham Indonesia, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) meskipun masih mencatatkan penguatan di sepanjang Maret 2025, akan tetapi kenaikan tersebut lebih rendah dibandingkan performa pada periode Februari 2025 yang mencapai 149,73%.
Kembalinya kepercayaan investor terhadap saham blue chip terutama saham perbankan, mendorong perpindahan investor dari saham konglomerat ke saham perbankan terutama saham perbankan Himbara di pekan terakhir Maret 2025 saat banjirnya kabar dividen jumbo.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)